Sunday 18 January 2009

Sejarah Gitar

Introduction 

Gitar adalah alat musik petik yang terbuat dari kayu dengan beberapa bagian dari logam / Metal dan terdapat 6 tali / senar untuk dimainkan. Bagian atas dan bawah dari badan gitar berbentuk angka 8. 6 senar terikat pada Pegs atau pemutar senar yang ditarik sepanjang badan gitar. Pegs / pemutar senar digunakan untuk Tuning. Instrumen ini sangat dikenal. Hanya dengan memetik senarnya, orang orang langsung bergabung bersama. Pada sebuah pesta anda bisa bermain gitar untuk bernyanyi dan berdansa. Disaat sendiri suara yang dihasilkan bagai sebuah Orchestra kecil.

Suara gitar mempunyai sifat romantis. Oleh karenanya, lagu “Romansa” paling cocok bila dibawakan dengan gitar. Selain gitar-gitar tradisional, maka ada beberapa jenis gitar lainnya. Misalnya gitar Hawaiian yang menggunakan sistim slide; kemudian ada gitar yang menggunakan dawai nylon (gitar klasik dan gitar folk), serta ada pula yang menggunakan dawai logam (steel guitar).

A. Sejarah Gitar 

Keaslian gitar tidak dapat dilihat dari keantikannya. Beberapa ahli merasa alat ini berasal dari benua Afrika, dimana banyak Replika modern dalam bentuk kotak bulat 

seperti kulit kerang dengan Gut / benang benang sutera, di banyak daerah benua itu. Ahli lain menemukan alat ini dalam bentuk kaca di relief relief batu tua di zaman Asia Tengah dan Asia Kuno. Bahan pemikiran lain juga timbul dengan ditemukannya vas vas Yunani Kuno yang bercorak. Greek Strings mungkin adalah alat pertama yang dikatagorikan sebagai gitar. Gitar modern kemungkinan berakar dari gitar Spanyol, tetapi berbagai jenis gitar seperti instrumen instrumen yang kita bisa saksikan dilukisan lukisan pada zaman Medieval dan Renaiassance yang banyak terdapat diseluruh Eropa. Berikut ini adalah tempat tempat bersejarah ditemukannya gitar dari zaman Medieval sampai abad ke-20, berdasarkan sejarah dan perkembangannya. 

1265 Juan Gil dari Zamora menyatakan sejarah awal gitar dimulai dari “Ars Musica”. 

1283 –1350 Guitarra Latina dan Guitar Moresca terdapat pada puisi “Archpriest of Hita”. 

1306 Seorang pemain gitar bermain pada sebuah tempat religius (The Feast of Westminister) di negara Inggris. 

1487 Johannes Tinctoris berpendapat bahwa instrumen gitar ditemukan oleh bangsa Catalans. 

1546 Alonso Mudarra menciptakan komposisi “Tres Libros de Musica en Cifras Para Vihuela” yang melibatkan gitar didalamnya. 

1551 – 1555 Sembilan buku tablatur gitar diterbitkan oleh Adrian Le Roy. 

1600 – 1650 Berbagai jenis tablatur untuk gitar dipublikasikan. Popularitasnya mulai menyaingi Lute (sejenis instrumen gitar juga). 

1674 Buku “Guitarre Royal” yang diterbitkan oleh F. Corbetta yang menaikkan popularitas dari gitar. Buku ini didedikasikan kepada Raja Louis XIV. 

1770 – 1800 Senar ke 6 ditambahkan pada gitar dan semuanya menjadi Single String. 

1800 – 1850 Gitar mengalami puncak kepopulerannya dalam hal penampilan dan publikasi. Fernando Sor, Mauro Guiliani, Matteo Carcassi dan Dioniso Aguado adalah para komposer terkenal yang menulis, mengajarkan dan menerbitkan komposisi mereka. 

1850 – 1892 Seorang produsen gitar Manual Torres mengembangkan generasi yang kita ketahui sekarang ini. 

1916 Segovia mengadakan konser di Ateneo, yang merupakan gedung konser yang paling terkenal di Madrid pada saat itu. Sebelumnya instrumen gitar dikenal belum bisa ditampilkan pada even sebesar ini. 

  
I. Perkembangan gitar di Timur dalam kuno 

Dipercayakan bahwa sejarah gitar berasal dari belahan Timur Dalam. Disana para archeolog menemukan instrumen dan benda benda yang bersangkutan dengannya sebagai patokan dalam dunia asalnya gitar yang belum begitu dikenal. Diantara benda benda bersejarah yang ditemukan di Babylonia, yang paling relevan adalah Plaques yang terbuat dari tanah liat (1900-1800 B.C.), dimana diperlihatkan sosok sosok bugil yang sedang bermain instrumen instrumen musik. Beberapa dari instrumen instrumen itu mempunyai persamaan umum yang mirip dengan gitar. Analisa lebih lanjut membuktikan bahwa ada perbedaan antara body dan neck gitar. Bagian belakang dari gitar itu sangat datar; dimana bagian belakang gitar tersebut menempel pada dada seorang pastur. Ini cukup membuktikan bahwa tidak ada kemungkinan instrumen tersebut berbentuk Bowl-Shaped / mangkuk. Sangat jelas terlihat bahwa tangan kanan sedang memetik senar / tali tali. Sayangnya jumlah senar senar tersebut tidak terlihat jelas. 

Tetapi di Plaques lainnya terdapat sedikitnya ada 2 senar. Bukti bukti dari instrumen instrumen yang menyerupai gitar telah terlihat; Syria, Susa (sebuah kota kuno di Utara Teluk Persia : ibukota dari kerajaan Persia). 
II. Mesir dan Romawi 

Pada awalnya, satu satunya instrumen musik yang bersenar di Mesir adalah Harpa yang berbentuk busur / Bow-Shaped. Beberapa lama kemudian, instrumen yang mempunyai leher yang ditandai dengan Frets, dan mungkin terbuat dari benang benang sutera / Gut yang digantungkan dileher. Pada akhirnya beberapa bagian dan karakteristik yang akan menjadi sebuah instrumen yang berhubungan dengan gitar dan juga semua instrumen instrumen bersenar yang mempunyai leher, dengan metode memetik dan menundukan kepala. Perkembangan selanjutnya membuat instrumen ini lebih menyamai bentuk gitar. 

Instrumen instrumen dari zaman Romawi (30 B.C – 40 A.D) semuanya terbuat dari kayu yang sebelumnya terbuat dari kulit kambing. Instrumen ini memiliki 5 bagian lubang suara yang kecil. Ciri ciri ini berlaku sampai abad 16. Sebuah instrumen ditemukan dikuburan Coptic di Mesir, dimana diperlihatkan bentuk dasar gitar, terdapat lekukan lekukan yang cukup dalam pada kurva kurva disampingnya dengan bagian belakang yang sangat mendatar. Permukaan depan dan belakangnya disatukan oleh potongan potongan kayu yang membentuk bagian samping instrumen ini. Ciri khas ini dapat ditemukan sampai sekarang. 
III. Pertengahan Abad di Eropa 

Instrumen pertama eropa yang bersenar dimulai pada abad 3 A.D. Analisa dari abad ke 3 membuktikan bahwa instrumen ini mempunyai kotak suara yang bulat menyambung ke leher yang lebar. Instrumen tipe ini berlanjut digunakan sampai masa yang lama. Ada juga deskripsi instrumen lainnya bermula di Zaman Dinasti Carolingian yang mungkin berasal dari Perancis atau Jerman.

Instrumen dari Carolingian ini berbentuk persegi empat, kira kira mempunyai panjang yang sama dengan lehernya, ujung lehernya sedikit melebar dan mempunyai pengikat senar senar yang kecil / Small Pegs. Dalam ilustrasi lainnya, instrumen instrumen ini mempunyai 4 Pegs dan 5 Pegs diinstrumen lainnya. Jumlah senar senar ini bersamaan dan dipetik dengan 2 cara : Dengan jari atau menggunakan Plectrum / alat pemetik senar. Instrumen Carolingian ini tidak berubah sampai abad 14.

Guitarra Latina dan Guitarra Moresca 

Ada perbedaan antara Guitarra Latina dan Guitarra Morisca. kata Morisca dibawa oleh orang orang keturunan Arab. kotak suaranya berbentuk oval dan mempunyai banyak lubang suara. Pada waktu perjalanannya melewati mesir, sebagian besar orang dari Afrika dan Spanyol menyebarkan ciri ciri utama dari desain gitar ini kepada pembuat instrumen instrumen di Eropa Barat. Kemungkinan yang sama adalah bahwa gitar Spanyol yang pertama adalah buatan Eropa. Hanya yang pasti yaitu pengaruh Arab di Spanyol merupakan awal dari munculnya gitar.

The Guitarra Latina mempunyai sisi yang melengkung, yang diperkirakan datang ke Spanyol dari beberapa negara di Eropa. Bentuk tersebut adalah tipe yang dikembangkan menjadi gitar modern.

Pencapaian kesuksesan gitar ada hubungannya dengan sifat sifat para pengembara suku Troubadours. Dalam perjalanan gitar menuju Catalonia melewati Spanyol melalui suku Troubadours. Suku Troubadours dibagian Eropa mengadakan wisata dan pertunjukan, serta memperkaya kebudayaan musik secara luas dan memberikan pengaruh besar dalam menyebarluaskan gitar di benua ini.

IV. Abad ke-16 

Sampai pada abad pertengahan informasi informasi yang penting mengenai gitar dan silsilahnya telah dilukiskan dalam angka angka dan gambar pada relief relief. Itu menjadi sebuah keyakinan atas fakta yang tidak langsung dan tidak dapat dihindarkan. Dimulai pada abad ke 16, bentuk instrumen instrumen yang ada sekarang ini merupakan fakta fakta langsung. Gitar gitar pada abad 16 didistribusikan sebagai The Vihuela dari zaman Luis Milan, Rizzio Guitar dari Perancis dan Guitarra Battente dari Italia.

The Vihuela 

The Vihuela berasal dari Spanyol, dimana instrumen ini merupakan 4 Vihuela kecil yang disatukan dan bersenar 5 Guitarra. Pada waktu yang sama munculah alat baru yaitu Lute. Instrumen yang digemari oleh kaum bangsawan dihampir seluruh daratan Eropa. Spanyol adalah pengecualian khusus. Lute juga telah menjadi satu dengan orang orang keturunan Arab yang menentukan aturan aturan main sendiri. Karena demikian kaum bangsawan merasa terhina karena instrumen tersebut juga digunakan oleh bangsa pendatang. Kemudian kaum bangsawan mempopulerkan Guitarra dengan 4 senar yang sama / Double-Strings. Seiring dengan perkembangannya, gitar dengan 4 senar itu diperbesar dan diberikan 6 senar yang sama / Double-Strings. Aturan permainannya sama dan dengan pengecualian dari senar ke tiganya, yang tone-nya turun setengah. Salah satu pemain Vihuela yang terkenal adalah Luis Milan, lahir pada tahun 1500.

Pada tahun 1535 Luis Milan menerbitkan sebuah buku yang berjudul Libro de Musica de Vihuela de Mano Intitulalo “El Maestro”. Buku ini merupakan karya yang terpenting bagi Milan. Data terakhir Vihuela tahun 1700 yang mewakili akhirnya perkembangan pentas instrumen. Instrumen ini terbuat dari ukiran logam, Vihuela memiliki lengkungan sepanjang sisi yang dalam dan lubang suaranya berbentuk oval. Kepopularitasan instrumen ini adalah bukti dari kuantitas musik yang masih ada. Tertulis dalam tablatur instrumen ini, setiap baris mewakili senar dan pada tablatur Spanyol dan Italia, senar teratas mewakili senar yang paling dalam. Sementara di Inggris dan Perancis senar senar Vihuelanya pada tablatur, nilai not-nya menunjukan bermacam macam tipe not dan berada dibaris paling atas. Macam macam not ini mirip dengan not yang ada saat ini.

Pertama kali dipublikasikan karya tablatur Vihuela Spanyol oleh Luis de Milan tahun 1535, Luis de Narvaez tahun 1538, Alonso de Mudarra tahun 1546. Koleksi Tablatur ini terdiri dari komposisi instrumen terbaik pada zaman Renaissance pada abad 16, yaitu masa keemasan bagi musik Vihuela Spanyol.

Gitar 4 Senar 

Gitar 4 senar asalnya dari Mesir, salah satunya datang dari eropa dan mengalami banyak perubahan bentuk serta bervariasi; bersenar 3, 4 dan 5 senar. Gitar bersenar ini paling populer sampai akhir abad pertengahan.

Gitar 4 senar di Italia mempunyai nada G, C, E, A. Dan berbeda di Spanyol notasi nadanya adalah G, D, F#, B.

Gitar 5 Senar 

Dipertengahan Zaman, eksistensi gitar bersenar 3, 4, dan 5 secara bersamaan mulai terlihat. Pada abad 15, instrumen dengan senar 4 double-strings melejit popularitasnya. Gitar 5 senar double-strings yang pertama ditemukan pada sebuah ukiran di Italia. Sebutan dan jenis dari gitar 5 senar ini adalah Guitarra Battente yang mempunyai ciri khas bagian belakangnya melengkung keluar.

Tuning untuk instrumen ini adalah A, D, G, B, E.

  

V. Abad ke-17 

Raja Louis XIV dari Perancis dapat memainkan gitar dan mengakuinya gitar sebagai instrumen favoritnya. Guru beliau adalah salah satu pemain gitar Perancis yang terkenal; Robert de Visee (1650-1725). Jean Baptise Lully adalah seorang komposer yang terkenal pada saat itu. Dia memainkan gitar dan mengkomposisikan musik untuk instrumen tersebut.

Nama nama dari pemain gitar dalam masa Baroque di Perancis telah tercatat dalam sejarah, contohnya Rene Voboam yang mewakili puncak pembuatan instrumen Perancis di abad 17. Dia membuat gitar pada tahun 1641 yang memperlihatkan pembuatan instrumen gitar yang lebih beronamen. Alexandre Voboam dan anaknya Jean juga membuat gitar yang bernuansa abad ke-17.

VI. Pengaruh di Jerman 

Di Eropa Utara tepatnya di Jerman, instrumen gitar mencapai puncak popularitasnya; Heinrich Schutz (1585-1672), Samuel Scheidt (1587-1654) dan Johann Hermann Schein (1586-1630). Contoh dari sebuah gitar pertama Jerman yang masih eksis sampai hari ini dibuat oleh Jacobus Stadler pada tahun 1624. Ia mempunyai lengkungan yang khas dan bagian belakangnya polos dan juga memperlihatkan pengaruh besar desain Itali. Sebuah gitar abad 17 yang dibuat oleh seorang pendeta, John dari Apsom mempunyai desain yang sangat berbeda dari gitar lainnya. Bagian belakang gitar ini dihiasi dengan gambar gambar “Crucifixion”. 

Pembuat gitar eropa yang paling menonjol adalah Joachim Tielke dari Hamburg (1641-1719). Gitar buatannya dihiasi oleh bahan bahan ivory, tortoise shell, ebony, gold dan silver, mother-of-pearl, jarcanda wood. Hasil karyanya selalu mempunyai kualitas tertinggi dan konsisten. Bagian sampingnya terdapat hasil karyanya yang terbuat dari ivory dengan ukiran gambar Genesis.

VII. Pengaruh di Eropa Timur 

Di Cekoslovakia, Czech ‘Luthier’ mencoba untuk beradaptasi dengan gitar tipe Battente. Selain adanya 5 double-strings seperti gitar Battente yang asli, gitar Czech ada tambahan satu single-string yang digunakan untuk memainkan ‘Melodic Line’. Gitar gitar yang dibuat oleh Andrees Ott, seorang pakar pembuat instrumen dari Prague memperlihatkan pengaruh dari Italia.

Sejarah gitar Polandia diwakili oleh Jakob Kremberg, penyair, penyanyi, dan komposer dari Warsaw. Pentingnya hasil karya Kremberg juga memberikan kita informasi yang penting mengenai tuning instrumen gitar, adalah 1 tone lebih rendah daripada tuning dari instrumen instrumen masa kini.

VIII. Spanyol dan Portugal 

Salah satu gitaris yang prominent pada waktu itu adalah Francisco Corbera. Ia mendedikasikan hasil karyanya yang bernama Guitarra y sus differencias de sonos untuk Philip IV, raja Spanyol dari tahun 1621 sampai 1665. Tetapi gitaris Perancis yang paling menonjol di abad 17 adalah Gasper Sanz. 

Sanz mempelajari gitar di Italia dan juga organ dan sejarah musik. Dia menjadi organisator di King’s Chaples di Naples. Pada saat dia kembali ke Spanyol, dia menerbitkan 3 buku musik mengenai gitar di tahun 1674, 1675 dan 1697. Buku buku ini memuat ajaran ajarannya yang ekstensif dalam improvisasi dan performa, dengan menggunakan 2 metode main : Strumming dan Plucking. Dia percaya tehnik Strumming sangat cocok untuk musik dansa. Tuning yang digunakan adalah A, D, G, B, E.

IX. Pengaruh di Italia 

Faktor utama yang mempopulerkan gitar di Italia dan yang memperkaya literatur gitar adalah diperkenalkannya gaya petik gitar dari Spanyol. Karena itu gitar Di Italia juga dikenal sebagai Chitaria Spagnuola. Gaya petik diwariskan dari tehnik Vihuela yang diadaptasikan oleh orang orang Spanyol untuk gitar mereka. Chitaria Spagnuola adalah tehnik umum pada abad 17 dan pemakaian “Spanish Guitar” berlanjut sampai hari ini sebagai lanjutan pemakaiannya dari abad 17.

Dua tehnik permainan gitar ini sangat berbeda pada tehnik Strumming dan Plucking dan eksis bersamaan di Italia pada abad 17. Tehnik petik ini diekspresikan dalam bentuk notasi tablatur. Strumming of Chords didedikasikan oleh notasi spesial yang dikembangkan oleh komposer komposer Italia dari abad 16 dan abad 17.

X. Abad ke-18 

Pada abad 18, kenaikan jumlah gitaris sama dengan jumlah komposer. Adapun beberapa komposer yang terkenal pada saat itu antara lain; Johann Arnold (1773-1806), Friedrich Baumbach (1753-1813), dan Johann ChristianFranz (1762-1814). Aspek terpenting dalam musik gitar di Jerman pada abad ini menggunakan instrumen gitar dalam variasi kombinasi “ensemble”. Contohnya; gitar dan Flute, gitar dan bass, gitar, biola dan bass.

Pemain pemain dan komposer komposer abad 18

Salah satu komposernya adalah Trille Labarre, dia mengarang komposisi untuk gitar solo, gitar dan biola, gitar dan nyanyian. Komposer lainnya adalah; Antonie Lemoine (1763-1877) seorang “Virtuoso” terkenal yang mengkomposisikan dan memainkan dengan biola. B. Vidal berperan berperan sebagai pemain, guru dan komposer. Dia menulis Nouvelle Methode. 

Gitar bersenar 6 

Gitar bersenar 6 merupakan inovasi yang berasal dari abad ke-18. Gitar tersebut berasal dari Italia dan sangat digemari serta sangat populer. Alasan alasanya adalah;

1. Guitarra Battente dari Italia, yang muncul di akhir abad 17 dan di awal abad 18, mengalami perubahan menjadi 6 senar. Dimana setiap senarnya terdapat 2 senar (double-strings).

2. Tahun 1732, J.B.F.K Majer menciptakan tunning pada gitar bersenar 6.

3. Gitar bersenar 6 yang berasal dari Jerman, dibuat oleh Otto, dibuat berdasarkan metode Italia.

XI. Abad ke-19 

Pada awal pertengahan abad 19, minat baru untuk instrumen ini dipusatkan di kota Vienna. Kota Vienna sendiri menjadi pusat alat musik dan para musisi dari seluruh eropa. Pertujukan pertunjukan musisi tersebut memberi dorongan awal yang mana gitar menjadi suatu alat instrumen yang serius. Seperti Mauro Giuliani (1780-1840) yang menginisiatifkan trend tour gitar untuk para gitaris. Kemudian Fernando Sor gitaris asal Spanyol yang terkenal di era Romantic Spanyol dan satu satunya serta gitaris pertama yang diundang oleh London Pihlharmonic Society. 

XII. Abad ke-20 

Adalah abad dimana kita menjadi saksi terhadap perkembangan gitar yang tak terduga drastis sebagai instrumen artistik untuk berekspresi. Juga sebagai satu satunya abad yang menyambut gitar dipanggung konser. Ada 2 alasan dasar kepopularitasan gitar;

1. Diakari oleh fenomena yang terdapat di abad 20. Perkembangan teknologi revolusioner dan perkembangan komunikasi media massa dan transportasi yang lebih cepat serta efisien adalah aspek aspeknya terlihat. Radio, TV, industri rekaman, satelit komunikasi, transportasi jet telah membantu memperlihatkan instrumen ini secara global. Musisi dapat mengadakan konser diseluruh dunia dalam waktu yang singkat. Mereka bisa mencapai penonton penonton yang jumlahnya besar, bukan hanya penonton dipanggung konser tetapi juga penonton dirumah untuk menyaksikan lewat televisi, mendengarkannya lewat radio dan melalui rekaman rekaman (piringan hitam, kaset dan CD), juga melalui internet. Para komposer, pemain atau pendengar, menciptakan banyak kesempatan untuk membangkitakan minat bermain gitar.

2. Walaupun tidak sedramatis sebelumnya bukan berarti tidak signifikan. Ini adalah perluasan, konsekuen alami dari perkembangannya yang telah terjadi diabad abad sebelumnya. Abad 19 diingat sebagai abad dimana Francisco Tarrega (1852-1909) membawa teknik gitar pada sebuah titik seni yang murni, yang telah siap menyambut kedatangan teknik modern. Para pembuat gitar yang terkenal seperti Luthier Antonio Torres (1817-1892) mengembangkan sebuah instrumen dengan sedikit variasi yang sampai hari ini mampu diakui sebagai gitar. Even even yang penting ini telah merealisasikan pentingnya peranan gitar diabad 20.
B. Jenis Gitar 

Kegunaan amplifier pada gitar belum dipakai pada zaman ini. Amplifikasi mulai diperkenalkan pada gitar “Dobro” / gitar Resonator yang dimulai oleh Dopyera brothers, imigran Slovakia di Amerika. Mereka menemukan inovasi pada gitar apabila bahan gitar dibuat dari bahan metal dan ditambahkan lempengan logam (Pie Plate) dengan ketebalan tertentu maka akan meningkatkan resonansi suara yang 2 kali lebih besar dan 2 kali lebih keras suaranya. Jenis gitar ini diproduksi untuk dimainkan dengan musik orchestra dan menjadi sangat populer pada tahun 1920-an dan 1930-an dikalangan musisi Blues dan Jazz. 

Kemudian pada saat perang dunia ke-2 bahan dasar gitar “Dobro” diganti menjadi kayu, untuk menggantikan bahan logam yang sangat mahal harganya, hanya resonatornya saja yang masih menggunakan bahan metal. 

Seiring dengan perkembangannya, gitar terus mengalami banyak inovasi sesuai dengan tuntutan penggunaannya. Akan tetapi musisi Country, Blues , dan Jazz mulai menciptakan berbagai jenis Tone dan Sound yang dapat dihasilkan oleh gitar dari tehnik seperti Bend, Sustain dan lain lain. 

Variasi dari sound tersebut juga mendorong perkembangan dari musik Rock and Roll yang timbul di tahun 1950-an. Les Paul adalah orang pertama yang bereksperimen dengan sound gitar elektrik pada sekitar tahun 1940. Gitar elektrik pertama adalah berupa hollow-body / gitar kopong, kadang berupa 2 buah lubang suara berbentuk huruf S-Shaped pada bagian depan badan gitar. Pada tahun 1947 Paul Bigsby bekerja sama dengan Merle Travis mendesain solid-body gitar seperti gitar elektrik yang kita kenal sekarang. Leo Fender seorang reparasi radio adalah orang pertama yang sukses memproduksi secara masal gitar jenis ini. Sehingga terjadi persaingan antara gitar Fender dengan gitar Gibson buatan Les Paul sampai saat ini. Ada dua jenis gitar yang biasa kita ketahui antara lain : 

The Pick Guitar dan The Finger-Style Guitar. 
I. The Pick Guitar 

The Pick guitar dimainkan dengan memetik senar dengan sebuah pick, dimana pick ini bentuknya bulat pipih seperti buah Almond yang terbuat dari tempurung penyu atau plastik. 

Perbedaan gitar jenis ini adalah terdapat 2 buah lubang suara yang berbentuk S-Shaped pada badan bagian depan gitar. Senarnya terbuat dari kawat dan tersambung pada Tailpiece / ujung pengikat senar. Fingerboard / leher gitar berdekatan dan ditandai dengan garis besi / namanya Frets. Frets merupakan tempat dimana jari tangan sebelah kiri menekan senar. Gunanya untuk mempermudah bagi pemain untuk mencari not not dan bermain dengan irama. 

Sejak pertengahan dekade 30-an, Pick Guitar telah dibuat / diubah menjadi Electric Guitar dengan memasang Contact Microphone dibawah senar atau Pickups. Kemudian Pickup itu disambungkan dengan Loudspeaker. The Pick Guitar dan Electric Guitar yang paling sering digunakan dalam musik Jazz, band band dansa dan grup Rock. 

Pada umumnya, gitar mempunyai jumlah dawai 6; lalu muncul gitar dengan 12 dawai yang lebih lazim digunakan dalam kancah musik country. Pada dekade 50-an, muncul gitar dengan dua neck (fretboard); yang satu berdawai 6 dan satunya berdawai 12 (seperti yang sering digunakan oleh John McLaughlin). Kemudian muncul pula gitar berdawai 7 (seperti yang biasa dipakai oleh Bucky Pizzarelli), bahkan muncul pula gitar berdawai 10. Elektrik gitar lalu berkembang; Solid-Body (seperti yang sudah dijelaskan diatas tanpa bunyi resonansi, hingga benar-benar suara elektrik) jenis gitar hollow-body dan semi-hollowed. Jenis elektrik gitar seperti itu lazim digunakan dalam kancah musik rock / pop. Jenis elektrik gitar tersebut pun berlanjut dengan penggunaan aneka macam sound effect.

Bagian dari Electric Guitar 

Gitar adalah unsur terpenting dalam sebuah band. Gitar yang kita kenal di zaman sekarang ini mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam. Tetapi yang akan kita bahas kali ini adalah inti dari bagian-bagian guitar.

 II. The Finger-Style Guitar 

The Finger-Style Guitar dimainkan dengan memetik senar dengan jari jari. Senar senarnya terbuat dari Nylon, Sutera dan kawat. Gitar ini mempunyai satu lingkaran lubang suara. The Fingerboard mempunyai Frets seperti Pick Guitar tetapi lebih lebar. Banyak karya dari para maestro klasik, diantaranya Bach dan Chopin, telah diaransemen untuk gitar. Gitar, baik yang The Finger-Style Guitar ataupun The Pick Guitar, kerapkali menjadi favorit bagi penyanyi lagu lagu daerah. Sebuah bentuk musik gitar yang popular tapi sulit adalah Flamenco, tarian Gypsy Spanyol. 

 C. Bagaimana cara gitar dimainkan ? 

Cara memegang gitar yang baik bagi pemula dapat diuraikan sebagai berikut; 

1. Letakan gitar pada pangkal paha. Pegang gitar diantara jempol dan telunjuk tangan kiri.

2. Tangan kanan diletakkan secara melingkar pada badan gitar, membawa jari jari dekat ke senar. Tekan senar gitar pada papan pijit-leher gitar / FingerBoard sesuai dengan nada yang akan dibunyikan.

  3. Senar senar dari Jenis The Finger-style Guitar dipetik oleh jempol dan 3 jari yang pertama, saat mengiringi lagu lagu jari telunjuk baik sendirian atau beserta jempol digunakan untuk memetik mundur dan maju sepanjang satu waktu, dengan ujung Pick. Pemetikan dapat dilakukan baik dengan gerakan naik atau turun. 

4. Latihlah kemampuan jari jari tangan kita untuk menekan senar (sesuai dengan nada yang diinginkan) sehingga nada yang dihasilkan terdengar sempurna.

 Nama nama dari senar senar dimulai dari yang paling tebal (terendah dalam tangga nada) dan menuju ke yang paling tipis (tertinggi dalam tangga nada) yakni E, A, D, G, B, E. 

Pada permainan gitar kita mengenal tiga buah nada atau lebih yang dibunyikan secara bersamaan, yaitu Akor. Yang biasa dikenal dengan Grif. Biasanya Akor digunakan untuk mengiringi lagu atau melodi. Setiap Akor mempunyai bentuk dan corak yang berbeda sesuai dengan unsur unsur nada yang membentuknya. 

Untuk mempermudah membaca Akor pada sebuah tablatur, perhatikan dan hafalkan keterangan keterangan berikut ini; 
Lambang Akor 

M : Mayor 

m : Minor 

Dim(0): Diminished 

7 : Dominant Seven 

Aug/+ : Augmented 

Sus : Suspended 

Kode jari tangan kiri; jari jari yang digunakan untuk menekan unsur nada sebuah Akor 

1 : Telunjuk 

2 : Jari tengah 

3 : Jari manis 

4 : Kelingking 
Tanda Kromatik 

b : Nada diturunkan setengah nada, dibaca Mol atau Plat. 

# : Nada dinaikkan setengah nada, dibaca Kruis atau Sharf. 
Tanda pada Senar 

Kotak hitam : Nada dasar (Root). 

Lingkaran : Senar dibunyikan tanpa dipijit. 

Lingkaran hitam : Senar dibunyikan dengan dipijit. 

Tanda silang : Senar mati, tidak dibunyikan (Dead String). 

Angka Romawi; (I, II, III, IV, V dan seterusnya) menunjukkan kolom gitar. 

Penggunaan akor pada sebuah lagu harus disesuaikan dengan nada nada atau melodi lagu yang akan dimainkan. Biasanya, seorang pemula akan menghadapi kesulitan mencari akor yang sesuai dengan nada atau melodi sebuah lagu.

Untuk melatih keterampilan penggunaan akor pada tangga nada mayor, sebagai berikut;

1 2 3 4 5 6 7 1 : Tangga nada

I II III IV V VI VII VIII : Kode penggunaan akor

C Dm Em F G Am B C : Jenis akor

  

Jika akor C, Dm, Em, F, G, Am, B0 dan C dibunyikan secara berurutan, akan menghasilkan nada nada yang sesuai dengan tangga nada C = do. Jenis akor yang digunakan sebagai berikut;

C 1 : akor mayor

Dm 2 : akor minor

Em 3 : akor minor

F 4 : akor mayor

G 5 : akor mayor

Am 6 : akorminor

B0 7 : akor diminished

C 8 : akor mayor

  

Akor pokok adalah akor yang selalu digunakan untuk mengiringi sebuah lagu. Pada tangga nada mayor diatas, yang termasuk kedalam akor pokok adalah akor I, IV dan V (C, F dan G). Buktinya akor C yang digunakan pada lagu lagu yang bernada dasar C = do, selalu disertaidengan akor F dan akor G.

Akor Bantu dapat disisipkan untuk memperindah komposisi sebuah lagu. Akan tetapi, keberadaannya tidak mutlak. Penggunaan akor bantu disesuaikan dengan kebutuhan keindahan sebuah lagu.

Berikut ini akor Bantu pada tangga nada mayor dengan nada dasar C = do;

II III VI VII : Kode penggunaan akor

Dm Em Am B0 : Jenis akor

Untuk melatih keterampilan penggunaan akor pada tangga nada minor, sebagai berikut;

I II III IV V VI VII VIII : Kode penggunaan akor

Am Bo C Dm Em F G Am : Jenis akor

  

Jika akor Am, Bo, C, Dm, Em, F, G dan Am dibunyikan secara berurutan, akan menghasilkan nada nada yang sesuai dengan tangga nada Am. Jenis akor yang digunakan sebagai berikut; 

Am I : akor minor Em V : akor minor

B0 II : akor diminished F VI : akor mayor

C III : akor mayor G VII : akor mayor

Dm IV : akor minor Am VIII : akor minor

Seperti pada tangga nada mayor, untuk mengiringi sebuah lagu dengan nada dasar Am, pemakaian akor akor di atas dibedakan berdasarkan fungsi akornya, yaitu akor pokok dan akor Bantu. Akor pokok tangga nada minor di atas adalah Am, Dm dan Em, sedangkan akor bantunya adalah B0, C, F dan G. Selamat berlatih !!  
Chors Guitar



Adapter by http://www.geocities.com/

Cara Menstem Senar Gitar

Sebelum bermain gitar terlebih dahulu senar-senar yang berada dalam gitar harus distem. Sebab kalau tidak distem dahulu suaranya akan tidak karuan. Mungkin peristiwa itu akan ditertawakan oleh orang bayak yang mendengarkannya.

Oleh karena itu menstem gitar adalah bagian yang penting dalam bermain gitar. Yakni antara senar yang satu dengan senar yang lainnya supaya setem sehingga enak didengar.

Banyak cara untuk menstem gitar, diantaranya adalah:

Dengan mempergunakan pendengaran.

Dengan cara menyamakan senar-senar gitar secara langsung dengan alat-alat music lain misalnya dengan menggunakan tuts piano atau organ.

Dengan menggunakan garpu tala.

Gitar

Dengan menggunakan cara-cara tersebut kita dapat menstem gitar. Di bawah ini merupakan cara stem dengan pendengaran.

1. Pertama tama putarlah senar nomor satu pelan-pelan dan jangan terlalu kencang sebab senar nomor satu paling lemah dan mudah putus.

2. Kemudian petiklah senar nomor satu los senar (tanpa ditekan) disamakan dengan senar, 2 ditekan pada kolom 5 dibunyikan sehingga kedua suara tersebut benar-benar sama. Ringkasnya : suara senar 1 (los senar) dibunyikan suara harus sama dengan suara senar dua ditekan pada kolom 5 dipetik.

3. Selanjutnya untuk senar dua (los senar) . disamakan dengan senar 3 pada kolom 4 dipetik suara yang terdengar adalah suara B.

4. Senar 3 (los senar) bunyinya disamakan dengan senar 4 ditekan pada kolom 5 dpetik. Suara yang terdengar adalah suara D.

5. Senar 5 (los senar) bunyinya disamakan dengan senar 6 ditekan pada kolom 5 dipetik.

6. Senar 6 (los senar) bunyinya disamakan dengan senar 4 ditekan pada kolom dua (2) dipetik

Suara yang kita dengar adalah suara bernada E.


Adapted by http://ilmupedia.com/

Tuesday 13 January 2009

SUPERNOVA

Supernova adalah ledakan dari suatu bintang di galaksi yang memancarkan energi yang teramat besar. Peristiwa supernova ini menandai berakhirnya riwayat suatu bintang. Bintang yang mengalami supernova akan tampak sangat cemerlang dan bahkan kecemerlangannya bisa mencapai ratusan juta kali cahaya bintang tersebut semula.
saling memberi dan menerima

Energi yang dipancarkan oleh supernova amatlah besar. Bahkan pancaran energi yang dipancarkan saat supernova terjadi dalam beberapa detik saja dapat menyamai pancaran energi sebuah bintang dalam kurun waktu jutaan hingga miliaran tahun. Pancaran energi supernova dapat dihitung berdasarkan sifat-sifat pancaran radiasinya.

Supernova biasa terjadi dikarenakan habisnya usia suatu bintang. Saat bahan-bahan nuklir pada inti bintang telah habis, maka tidak akan dapat terjadi reaksi fusi nuklir yang merupakan penyokong hidup suatu bintang. Dan bila sudah tidak dapat dilakukan fusi nuklir ini, maka bintang akan mati dan melakukan supernova.

Jenis-jenis Supernova
Berdasarkan pada garis spektrum pada supernova, maka didapatkan beberapa jenis supernova :
  • Supernova Tipe Ia
    Pada supernova ini, tidak ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen saat pengamatan.
  • Supernova Tipe Ib/c
    Pada supernova ini, tidak ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen ataupun Helium saat pengamatan.
  • Supernova Tipe II
    Pada supernova ini, ditemukan adanya garis spektrum Hidrogen saat pengamatan.
  • Hipernova
    Supernova tipe ini melepaskan energi yang amat besar saat meledak. Energi ini jauh lebih besar dibandingkan energi saat supernova tipe yang lain terjadi.

Berdasarkan pada sumber energi supernova, maka didapatkan jenis supernova sebagai berikut.

  1. Supernova Termonuklir (Thermonuclear Supernovae)
  2. Supernova Runtuh-inti (Core-collapse Supernovae) 
  3. Berasal dari bintang yang memiliki massa besar
  4. Berasal dari bintang yang memiliki selubung bintang yang besar dan masih membakar Hidrogen di dalamnya.
  5. Bintang yang meledak merupakan bintang tunggal (seperti Supernova Tipe II), dan bintang ganda (seperti supernova Tipe Ib/c)
  6. Ledakan bintang menghasilkan objek mampat berupa bintang neutron ataupun lubang hitam (black hole).
  7. Energi ledakan berasal dari tekanan
contoh supernova

Tahapan terjadinya Supernova

Suatu bintang yang telah habis masa hidupnya, biasanya akan melakukan supernova. Urutan kejadian terjadinya supernova adalah sebagai berikut.

  1. Pembengkakan
    Bintang membengkak karena mengirimkan inti Helium di dalamnya ke permukaan. Sehingga bintang akan menjadi sebuah bintang raksasa yang amat besar, dan berwarna merah. Di bagian dalamnya, inti bintang akan semakin meyusut. Dikarenakan penyusutan ini, maka bintang semakin panas dan padat.
  2. Inti Besi
    Saat semua bagian inti bintang telah hilang, dan yang tertinggal di dalam hanyalah unsur besi, maka kurang dari satu detik kemudian suatu bintang memasuki tahap akhir dari kehancurannya. Ini dikarenakan struktur nuklir besi tidak memungkinkan atom-atom dalam bintang untuk melakukan reaksi fusi untuk menjadi elemen yang lebih berat.
  3. Peledakan
    Pada tahap ini, suhu pada inti bintang semakin bertambah hingga mencapai 100 miliar derajat celcius. Kemudian energi dari inti ini ditransfer menyelimuti bintang yang kemudian meledak dan menyebarkan gelombang kejut. Saat gelombang ini menerpa material pada lapisan luar bintang, maka material tersebut menjadi panas. Pada suhu tertentu, material ini berfusi dan menjadi elemen-elemen baru dan isotop-isotop radioaktif.
  4. Pelontaran
    Gelombang kejut akan melontarkan material-material bintang ke ruang angkasa.

Dampak dari Supernova

Supernova memiliki dampak bagi kehidupan di luar bintang tersebut, di antaranya:

  • Menghasilkan Logam
    Pada inti bintang, terjadi reaksi fusi nuklir. Pada reaksi ini dilahirkan unsur-unsur yang lebih berat dari Hidrogen dan Helium. Saat supernova terjadi, unsur-unsur ini dilontarkan keluar bintang dan memperkaya awan antar bintang di sekitarnya dengan unsur-unsur berat.
  • Menciptakan Kehidupan di Alam Semesta
    Supernova melontarkan unsur-unsur tertentu ke ruang angkasa. Unsur-unsur ini kemudian berpindah ke bagian-bagian lain yang jauh dari bintang yang meledak tersebut. Diasumsikan bahwa unsur atau materi tersebut kemudian bergabung membentuk suatu bintang baru atau bahkan planet di alam semesta.

Peristiwa Supernova yang teramati

Ada satu bintang yang melakukan supernova di ruang angkasa tiap satu detik kehidupan di bumi. Hanya saja, untuk menemukan bintang yang akan melakukan supernova tersebut amatlah sulit. Banyak faktor yang memengaruhi dalam pengamatan supernova. Walaupun begitu, ada beberapa peristiwa supernova yang telah teramati oleh manusia, di antaranya:

  • Supernova 1994D
    Dahulu kala, sebuah bintang meledak di tempat yang amat jauh dari bumi. Ledakan itu tampak seperti sebuah titik terang. Ini terjadi di bagian luar dari galaksi NGC 4526, dan dinamakan Supernova 1994D. Sinar yang dipancarkannya selama beberapa minggu setelah ledakan tersebut menunjukkan bahwa supernova tersebut merupakan Supernova Tipe Ia.
Supernova yang teramati




"An Act of Free Choice"

Sebagai sejarawan yang paling menguasai sumber arsip Belanda tentang hubungan politik antara Belanda dan Indonesia, termasuk periode 1950-1963 yang menyangkut masalah Irian Barat/Jaya, Dr Drooglever ditugaskan Pemerintah Belanda melakukan sebuah studi independen yang "tidak memihak" tentang proses sejarah seputar Act of Free Choice tahun 1969. 

Penugasannya berawal dari permintaan beberapa anggota parlemen Belanda pada Desember 1999 kepada Menteri Luar Negeri. Menteri bersangkutan segera mengambil tindakan dan meminta kepada Instituut voor Nederlandse Geschiedenis (Lembaga Sejarah Belanda) untuk melaksanakan penelitian, yang kemudian dipercayakan kepada penulis buku ini. 

Drooglever diberi kebebasan penuh untuk menggunakan semua arsip Kementerian Luar Negeri Belanda. Kementerian ini juga membantunya dalam upayanya mengakses arsip-arsip lain di dalam maupun di luar negeri sehingga arsip AS, Australia, dan Perserikatan Bangsa-Bangsa dapat memperkaya informasi tentang topik bersangkutan. Telah diusahakan untuk mempelajari arsip Indonesia, tetapi pada tahun 2002 permohonannya ditolak pemerintah kita. 

Dengan demikian, informasi tentang seluk-beluk internal Indonesia terbatas pada studi laporan-laporan para duta besar Australia dan AS yang bertugas di Jakarta pada waktu itu yang mereka kirim ke Canberra dan Washington, DC. Di samping itu, digunakan pula penerbitan resmi Departemen Luar Negeri RI berjudul Sejarah Diplomasi Republik Indonesia dari Masa ke Masa yang terdiri dari lima jilid (1996) yang dalam jilid 2 dipaparkan permasalahan sekitar sengketa Irian Barat. 

Juga dilengkapi dengan sumber lain, misalnya, penerbitan memoar Subandrio, yang pada waktu itu menjabat sebagai menteri luar negeri, memanfaatkan sumber sejarah lisan (oral history), baik yang diperolehnya sendiri maupun yang pernah dilakukan pewawancara lain terdahulu. Perlu ditambahkan pula bahwa sejak awal dinyatakan bahwa menteri yang menugaskannya tidak akan bertanggung jawab atas karya yang dihasilkan, agar sifat ilmiahnya bisa terjamin. 

Bermodalkan begitu banyak sumber primer, Drooglever menghasilkan buku setebal 807 halaman. Mengenai masalah inti seperti yang disebut pada judul buku dipaparkan dalam dua bab terakhir (Bab 13 dan 14), terdiri dari 82 halaman, sekitar 11,5 persen dari seluruh teks. Lebih dari 80 persen menyangkut masa sebelumnya sehingga karya ini sesungguhnya merupakan sebuah buku sejarah Papua sejak penduduknya berhubungan dengan pendatang dari Eropa Barat pada abad ke-16. 

Bagi generasi yang berusia sekitar 70 tahun, yang mengalami masa 1950-1963 sebagai sejarah yang dilewati sendiri (histoire vécue), hasil penelitian yang dimuat dalam buku ini banyak menjelaskan persoalan yang dulu kurang dipahami serta memberi data baru yang dulu tidak diketahui. 

Tambahan detail juga memberi nuansa baru terhadap bentuk citra yang lama. Misalnya, perkembangan perdebatan dalam parlemen Belanda, perimbangan, dan pergeseran kekuatan partai-partai politiknya, bahkan juga pertentangan pendapat internal dalam partai politik itu sendiri. Berhubung kekurangan sumber Indonesia, perdebatan politik di Indonesia sendiri kurang disoroti. 

Ada sedikit disebut tentang perbedaan pendapat antara Bung Hatta dan Bung Karno, dan pada masa menjelang 1969 buku ini memaparkan perbedaan pendekatan antara Adam Malik dan Sudjarwo Tjondronegoro terhadap penyelenggaraan Act of Free Choice ini. 

Sabang sampai Merauke 

Kesatuan Indonesia yang pada abad ke-19 pernah dinyatakan oleh Multatuli dengan ungkapan "untaian zamrud" (gordel van smaragd) dan yang kemudian di sekolah-sekolah ciptaan Hindia-Belanda diajarkan sebagai sebuah wilayah "dari Sabang sampai Merauke", dalam proses dekolonisasi dipreteli dengan mengajukan pelbagai macam pertimbangan. 

Dr Lijphart dalam bukunya yang terkenal mengenai "trauma dekolonisasi" mengajukan beberapa faktor "subyektif dan irasional" yang pada waktu itu mewarnai sikap Belanda, pendapat yang juga diakui oleh penulis buku (hal 147), yakni: chauvinisme [Belanda] yang dilanda frustrasi, keyakinan bahwa dirinyalah yang benar, dan keengganan untuk menerima situasi baru di Indonesia—faktor-faktor yang ketika itu sering memengaruhi pendapat dan tindakan (pemerintah) Belanda. 

Di Malino (Juli 1946) tempat Belanda mengadakan muktamar sebagai langkah pertama ke pembentukan negara-negara federal, Papua masih dianggapnya sebagai bagian Indonesia. Mewakili Papua adalah Frans Kaisiepo dan Dr Victor de Bruijn, seorang pegawai Pemerintah Hindia-Belanda. 

Pada kesempatan ini Kaisiepo telah memperkenalkan nama "Irian", suatu tindakan yang oleh Van Eechoud (Kepala Pemerintah West New Guinea) dianggap telah melampaui kompetensi wakil Papua tersebut. Maka, pada konferensi berikutnya di Pangkal Pinang (Oktober 1946) dan Denpasar (Desember 1946) tak ada wakil dari daerah ini. Alasan yang diberikan pemerintah bahwa tidak ada orang yang "pantas" untuk dikirim (hal 123). 

Dapat dipahami bahwa utusan dari sebuah organisasi seperti Komite Indonesia Merdeka (KIM) yang muncul pada November 1946 tentu saja tidak bisa dipertimbangkan untuk ikut serta, walaupun mereka ingin hadir di Denpasar ketika Negara Indonesia Timur (NIT) dibentuk (hal 98). Perlu dicatat bahwa terpisahnya Papua dari NIT telah mendapat kritik keras pada konferensi tersebut (hal 131). 

Pada waktu itu beberapa kalangan Belanda memang sudah mempunyai rencana untuk memisahkan daerah ini. Kenyataan bahwa akhirnya nanti Belanda harus keluar dari Indonesia, West New Guinea hendak disediakan sebagai daerah transmigrasi bagi kaum Indo-Belanda di Jawa yang tidak mau berada di bawah Pemerintah RI, tetapi juga tidak akan betah di negeri Belanda. 

Ada pula pertimbangan politik militer mengingat posisi pulau ini yang strategis di Samudra Pasifik tempat Belanda mungkin masih bisa berperan. Namun, alasan yang paling banyak dikemukakan bahwa penduduk Papua "belum matang untuk menentukan nasibnya sendiri" (hal 170). Pertimbangan-pertimbangan ini melatarbelakangi pendirian Belanda pada Konferensi Meja Bundar (1949) sehingga Irian Barat dikecualikan dari keputusan KMB. 

Sebagaimana diketahui, yang paling ngotot ketika itu adalah Menteri JH van Maarseveen. Pada halaman 148-152 dapat kita baca bahwa Van Maarseveen masih mempunyai alasan lain yang "tersembunyi": ada berita rahasia dari Hollandia bahwa prospek pertambangan nikel dan kromium di daerah ini menjanjikan ekonomi yang menguntungkan! 

Sering juga diberi alasan bahwa secara fisik orang Papua tidak sama dengan orang Indonesia sebab itu patut dipisahkan dari RI. Pendapat demikian rupanya menganggap bangsa Indonesia terbatas pada satu bentuk fisik saja, bukan suatu bangsa yang multirasial. Di belahan timur Nusantara, bentuk fisik orang Indonesia bermacam-macam, termasuk yang fisik serupa dengan Papua. Ada indikasi bahwa percampuran ras di kawasan ini sudah terjalin berabad-abad lamanya, jauh sebelum kedatangan orang Eropa, malahan juga sebelum berdirinya kerajaan-kerajaan Ternate dan Tidore. 

Sebuah legenda yang dicatat António Galvão (1544), Gubernur Portugis di Ternate, bercerita tentang empat telur yang melahirkan tiga laki-laki dan satu perempuan, masing-masing kemudian menjadi raja—yang laki-laki menjadi Raja Bacan, Papua, dan Butun—Banggai, sedangkan sang putri menjadi Raja Loloda (Halmahera). 

Juga sebuah kronikel Bacan yang dicatat oleh Dr WPh Coolhaas (1923) menyinggung adanya hubungan dengan Papua pada masa sebelum Ternate dan Tidore muncul dalam sejarah. Kesan yang menarik dari kisah-kisah tradisional tersebut adalah bahwa hubungan dengan Papua sifatnya setara, sama tinggi dan sama rendah, tidak seperti pada masa Kesultanan Tidore yang sewaktu-waktu mengadakan hongi ke tanah Papua untuk menarik upeti. 

Peran intel 

Kita meloncat ke tahun 1955. Pertemuan Indonesia-Belanda di Maison de la Presse, Geneva, dimulai Desember 1955 dan berakhir Januari 1956. Sesudah beberapa tahun masuk peti es, masalah Irian Barat kembali dibicarakan atas usul Indonesia. 

Kita tahu kesudahannya: gagal total dan Uni Indonesia-Belanda yang dibentuk oleh KMB yang sesungguhnya tidak berfungsi, dibatalkan Indonesia secara unilateral. Hubungan diplomatik antara kedua negara diputuskan. Dalam sebuah wawancara dengan Vrij Nederland, AA Gde Agung (Menteri Luar Negeri dan pemimpin delegasi Indonesia pada perundingan itu) mengisahkan suasana konferensi. Betapa angkuh dan meremehkannya sikap Menteri Luns, pemimpin delegasi Belanda, terhadap utusan Indonesia. 

Yang tidak diketahui, dan yang baru terungkap dalam buku ini, adalah peran badan intelijen Belanda yang bukan saja memberi informasi yang tepat, tetapi berhasil membaca semua telegram yang dikirim antara perutusan Indonesia di Geneva dan pemerintah di Jakarta. 

Seperti kata pepatah Inggris, knowledge is power, maka pihak Belanda berada dalam kedudukan yang lebih kuat. Luns bersama kelompokmya mengetahui betul kelemahan delegasi Indonesia yang diutus oleh pemerintah di bawah Burhanuddin Harahap yang sedang goyah posisinya dan yang tak lama lagi akan diganti. Mereka tahu bahwa keputusan apa pun yang akan diambil oleh perundingan Geneva tidak akan begitu mengikat dalam suasana politik Indonesia yang berubah-ubah (hal 224). 

Bagaimana dengan kegiatan intel Indonesia? Mungkin sekali kita tak pernah akan memperoleh akses terhadap arsip-arsipnya, meskipun peristiwanya sudah separuh abad yang lalu. Ada buku Ken Conboy yang berjudul Intel—Inside Indonesia’s Intelligence Service (2004), tetapi sumber arsipnya tidak jelas. Prinsip politik keterbukaan sebagaimana berlaku di Amerika Serikat yang sewaktu-waktu mengungkapkan "skandal CIA", seperti yang belum berapa lama berselang terjadi, bukan atau belum merupakan bagian dari budaya politik kita. 

Pada masa Trikora, ada kesan bahwa intel kita kurang berfungsi. Paling tidak, pasukan relawan yang didrop di Irian Barat tidak diberi informasi tepat tentang situasi dan kondisi lapangan: di tempat mana saja mereka bisa mendapat dukungan masyarakat setempat dan di mana akan menghadapi perlawanan. Ternyata hanya di beberapa tempat saja mereka dibantu masyarakat lokal. 

Sebagian besar pasukan ini tertangkap. Caranya mudah, menurut arsip yang digunakan Drooglever, di tiap permukiman disediakan dua balok besar yang dicat putih. Jika penduduk melihat ada pendatang yang tidak dikenal, mereka menempatkan dua balok itu dalam posisi silang sehingga bisa diketahui pesawat udara yang berpatroli. Jadi Belanda segera dapat mengirim pasukan untuk menangkap para pendatang yang dicurigai (hal 353). 

Pepera 

Fokus buku adalah Een Daad van Vrije Keuze (Sebuah Tindakan Pilihan Bebas), dalam bahasa Inggris An Act of Free Choice, atau yang lebih dikenal di sini sebagai Pepera (Penentuan Pendapat Rakyat). Tekanan diberi kepada kata pertama—sebuah—dengan kata lain, menurut penulis ada alternatif tindakan lain untuk menentukan pilihan bebas itu, misalnya, yang lazim diadakan di negara Barat. 

Sebagaimana maklum, penentuan pendapat dicapai secara musyawarah lewat Dewan Musyawarah Pepera (DMP), sesuai dengan kesepakatan sebelumnya. Ada laporan tentang intimidasi, terutama dari pihak tentara. Namun, dunia internasional, umumnya lewat PBB—kecuali beberapa negara Afrika yang mendukung aksi Nicolaas Jouwe—menerima kenyataan bahwa Irian Barat merupakan bagian dari Indonesia (keputusan 19 November 1969). 

Dalam dua bab terakhir kita membaca betapa kecewanya Ortiz Sanz, utusan istimewa PBB yang ditugaskan untuk menyaksikan pelaksanaan penentuan pendapat tersebut. Kekecewaan ini diungkapkannya di Jakarta kepada para diplomat di Kedutaan Besar Amerika Serikat dan Belanda (antara lain hal 679). Hal ini bertolak belakang dengan pernyataan H Amirmahmud dalam bukunya Prajurit Pejuang (Otobiografi), Jakarta, PT Rora Karya Offset, 1987. 

Mungkin sekali Sanz sebagai diplomat menunjukkan sikap yang berbeda bila berhadapan dengan pejabat Indonesia, Belanda, dan Amerika. Dan Dr Drooglever rupanya hanya mempelajari aspek-aspek hubungan internasional sehingga tidak menggunakan memoar Amirmahmud yang sebagai Menteri Dalam Negeri sangat berperan dalam Pepera. Buku yang terbit pada tahun 1987 ini tentu saja sudah masuk dalam koleksi berbagai perpustakaan mancanegara. 

Dalam otobiografi Amirmahmud tersebut secara lantang dikatakan (hal 334-335) bahwa Presiden Soeharto berpesan ketika melantiknya, "...dan yang kemudian diulanginya beberapa kali" bahwa Pepera adalah salah satu kewajiban internasional RI, tetapi "Presiden juga berpesan bahwa Pepera jangan sampai gagal". 

Dalam melaksanakan pesan Presiden ini beliau berbeda pendapat dengan Sudjarwo Tjondronegoro SH yang waktu itu adalah Duta Besar RI di PBB dan yang "kurang menyetujui langkah-langkah persiapan yang saya ambil", yang menurut Sudjarwo "agak kurang sesuai dengan hukum internasional". 

Namun, wewenang terakhir ada di tangan Menteri Dalam Negeri yang berpendapat bahwa "masalah Pepera bukan saja menyangkut masalah hukum, tetapi juga masalah perjuangan Bangsa. Kalau Pak Djarwo melihat bahwa masalah ini sebagai ahli hukum, maka saya melihatnya sebagai pejuang.... Saya berpendapat bahwa kita harus terang-terangan saja dalam masalah ini. Nampaknya Ortis Sans (sic) juga mempunyai pendirian yang moderat. Ia tidak ingin menimbulkan persoalan baru. Sikap Wakil PBB itu ternyata sangat membantu pelaksanaan Pepera". 

Itulah perbedaan presentasi tentang sikap utusan PBB tersebut. Drooglever mengutip dari dokumen tertulis, sedangkan Amirmahmud menarik kesimpulan dari sikap dan tindakan Sanz menurut pengamatannya. 

Di sisi lain, ada kesan pula bahwa pelaksanaan penerbitan buku ini agak tergesa-gesa. Kecermatan yang biasa kita kenal dari karya penulis sebelumnya—terutama penerbitan sumber arsip—tidak ditemukan sekarang, khususnya dalam hal pengeditan. 

Beberapa kesalahan perlu disebut: pada halaman 114 seharusnya Negara Sumatera Timur, bukan "Sumatera Barat"! Terjemahan bahasa Belanda "Tri Komando Rakyat" atau Trikora bukan Drie Bevelen aan het Volk, tapi van het Volk (hal 421), atau dalam bahasa Inggris, The People’s Threefold Command. Nama diplomat Indonesia adalah Umarjadi, bukan Umarjaid (hal 531, 539, index), dan jumlah jenderal yang dibunuh oleh Gerakan-30-September, adalah enam (ditambah seorang letnan), bukan delapan (hal 620)! 

Sejak tahun 2000 nama Irian Jaya resmi menjadi Papua—suatu langkah yang bukan saja sekadar menyangkut perubahan nama, melainkan juga membuka banyak kemungkinan perkembangan baru. 

Dalam sebuah wawancara dengan Newsweek awal Maret 2006, Presiden Yudhoyono mengatakan bahwa kita harus mengubah paradigma sekuriti internal dan menempuh metode baru untuk menyelesaikan konflik dalam negeri, termasuk permasalahan di Papua Barat. 

Buku yang sedang dibicarakan ini mengandung banyak informasi tentang keadaan lokal, sejarah politik, dan perkembangan masyarakat Papua. Dilengkapi dengan studi-studi ilmiah lainnya dalam bidang antropologi, misalnya, dan berdasarkan pengalaman kontak intensif sejak 1962, niscaya ditemukan solusi terbaik bagi semua pihak, khususnya bagi kepentingan akar rumput masyarakat Papua sendiri.